Pengabdian Menjadi Pejuang Muda : Kabupaten Solok (Part I)
oleh
“Aflah Rifdah Dzaki”
Aku masih ingat kala itu di pertengahan semester lima perkuliahan ku pada bulan Oktober, bulan ke sepuluh yang memberikan pengalaman baru untuk hidupku. Perkenalkan Aku Aflah Rifdah Dzaki teman-temanku biasanya memanggil ku dengan panggil Afha, panggilan sedari kecil ku. Aku sekarang adalah mahasiswi di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Dharma Andalas tingkat 5, mahasiswi angkatan 2019 yang baru satu setengah semester mencicipi dunia perkuliahan tiba-tiba di kejutkan dengan maraknya wabah Covid-19 sehingga pembelajaran digantikan dengan sistem daring. Awalnya aku senang karena aktifitas perkuliahan diliburkan, di saat aktifitas perkuliahan sedang padat-padatnya, membayangkan libur dan bersantai di rumah sambil menikmati secangkir susu coklat hangat di pagi hari saja sudah menjadi hal yang menyenangkan bagiku. Ya tapi siapa sangka libur yang awal nya dijanjikan 2 minggu kini berujung hingga berlanjut 2 tahun lamanya. Sungguh BOSAN bukan, ya seperti itulah kehidupan perkuliahan ku yang terjadi. Dan ini cerita ku tentang pengalaman di Pejuang Muda Kabupaten Solok.
H-2 yaitu pada tanggal 30 September 2021 aku selesai menyiapkan semua berkas yang diperlukan, untuk mendaftar menjadi Pejuang Muda Kemensos RI lalu malam hari pukul 8 malam aku submit semua berkas ku untuk mendaftar Pejuang Muda ini dengan harapan lolos pastinya. Tahap demi tahap ku lewati dari mulai administrasi, test LGD dan terakhir pengumuman final menjadi peserta Pejuang Muda yakni hanya 5.554 orang saja. Dan nama ku terselip di banyak nya ribuan peserta yang berhasil lolos. Bangga nya bukan main, aku langsung menelepon mamah ku dan mengabarkan bahwa aku telah lolos dan berhasil menjadi peserta pejuang Muda Kemensos RI. Tanggal 11 Oktober aku resmi menjadi peserta Pejuang Muda 2021. 12-24 Oktober peserta pejuang muda mengikuti aktifitas yaitu kuliah online bersama dengan tokoh-tokoh penting dimulai dari kementerian sosial sendiri yaitu Bu Risma, lalu Kemendikbudristek yaitu Pak Nadiem Makarim hingga tokoh-tokoh penting lainnya. Tanggal 25 September sekaligus pengumuman finally untuk penempatan peserta pejuang muda ditempatkan di 514 titik yang telah di pilih di seluruh wilayah Indonesia. Dan aku ditempatkan di Kabupaten tempat kelahiran Mamah ku di Kabupaten Solok. Tentunya aku senang karena selain tidak jauh aku bisa tinggal di rumah nenek ku di kabupaten Solok sehingga tidak perlu repot-repot mencari tempat tinggal dan semacamnya.
Solok (berarti lembah) adalah sebuah kota di Sumatera Barat, Indonesia. Motonya adalah Kota Beras, singkatan dari “Bersih, Elok, Rapi, Aman dan Sejahtera”. Memiliki luas 57,64 km² (0,14 persen dari luas Sumatera Barat) dan jumlah penduduk 73.438 jiwa pada Sensus 2020.[1] Topografi Solok bervariasi antara dataran dan berbukit dengan ketinggian 390 m di atas permukaan laut. Ada tiga anak sungai yang melintasi Solok, yaitu Batang Lembang, Batang Gawan, dan Batang Air Binguang. Kabupaten yang begitu luas ini disuguhkan dengan pemandangan sejuk yang menenangkan. Di Kabupaten Solok ini terdapat tiga musim hujan di bagian wilayah nya yaitu dingin, panas dan hujan. Ini juga yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kabupaten Solok yang juga merupakan tempat pariwisata alam.
tanggal 24 Oktober aku sudah stay di Kabupaten Solok karena 25 merupakan pemberangkatan untuk peserta pejuang muda yang mendapat wilayah jauh dari rumah tempat tinggal nya. Dan bagi peserta yang dekat boleh langsung jalan ke lokasi penempatan. Hal pertama yang dilakukan pada saat tiba di lokasi penempatan yaitu berkoordinasi dengan koordinator Kabupaten Solok yaitu Pak Chandra yang juga kebetulan Koordinator untuk PKH di Dinas Sosial. Jadi karena aku dan peserta pejuang muda akan berkoordinasi juga dengan pihak Dinas Sosial kami pun langsung saja sekaligus bertemu dengan Pak Chandra. Begitu lah aktivitas kami selama 12 hari kedepan dimulai dari tanggal 25 Oktober hingga tanggal 05 November 2021 yaitu rutin ke Dinas Sosial dan berkoordinasi serta menggali informasi seputar Kabupaten Solok. Sambil menunggu arahan selanjutnya dari panitia dan juga mentor kami.
Awal pertemuan pertama ku dengan wajah-wajah asing yang menampilkan senyum terbaiknya seraya pameran tangan sebagai tanda awal perkenala kami. Pejuang Muda Kabupaten berjumlah total 9 orang terdiri dari 4 orang laki-laki yaitu ada Ulmasra dari UIN IB, Affan dari Unidha yang juga satu kampus tapi beda jurusan dengan ku, lalu Ihsanul Fuadi dari UPI dan terkahir ada Rizal dari Sulawesi Universitas Halu Oleo. Lalu perempuan nya ada 5 orang yaitu Aku, Nindy dan Zahra dari Unand, Riska dari UIN Bandung, dan terakhir Atiqah dari UNP. Tidak hanya peserta Pejuang Muda saja yang memberikan senyum terbaiknya, bapak-ibu dari Dinas Sosial Kabupaten Solok juga memberikan senyum tak kalah baiknya ketika menerima kehadiran kami. Setelah memperkenal diri antar satu dengan yang lainnya, kami bersama dengan Dinas Sosial Kabupaten Solok terkait membahas tujuan dan hal yang akan kami lakukan kedepan.
Tiba lah pada tanggal 06 November kami harus terjun kelapangan untuk melakukan Verifikasi dan validasi DTKS untuk penerima Bantuan Sosial PKH dan BPNT. Di mana kami di berikan aplikasi bernama SAGIS yang harus login dengan NIK kami masing-masing. Dan masing-masing peserta mendapatkan 1000 DTKS/orang. Sehingga jika ditotal kan keseluruhan peserta PM Solok menjadi 9000 KPM (Keluarga Penerima Manfaat)/rumah yang akan kami verval (singkatan dari verifikasi dan validasi Data). Dimana dengan target perorang berhasil verval min. 20 data/hari yang harus sudah di input kan ke Aplikasi SAGIS. Dan aku kebagian untuk Kecamatan Gunung Talang yakni Nagari nya terdapat Batang Barus, Koto Gadang Guguak, Cupak dan Jawi-jawi dengan total 1000 KPM/rumah. Terdapat banyak pelajaran hidup dan hal menyenangkan yang aku dapatkan ketika turun langsung ke lapangan. Jika dibandingkan, titik jenuh yang ada hanya 10% dari 100% kebahagiaan yang aku rasakan. Bagaimana tidak bahagia, jika dalam setiap rumah yang saya datangi ketika melaksanakan verval DTKS memberi banyak kesan berbeda. Ada rumah yang sangat hangat dalam menerima kehadiran kami hingga tak segan menceritakan semua keluh kesahnya dan dengan senang memberikan suguhan-suguhan yang menyukai, ada juga yang acuh karena menganggap kami mengancam statusnya sebagai penerima bantuan sosial.
untuk kelanjutan kisahnya , ditunggu di part II ya hehe 🙂